Tuesday, August 11, 2015

HURAIAN TENTANG HADIS

HUraian lima belas tingkatan pertama hadis tersebut sebagai berikut:

1. Hadis Mutawatir, yaitu hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya berdusta atas Nabi Muhammad saw., sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang dan disampaikan kepada banyak orang. Contohnya, ((Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka. " (H.R Bukhari, Muslim, Ad Darimi, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmizi,. Abu Ha'nifah, Tabrani, dan Hakim).

Menurut para ulama hadis, hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh lebih dari seratus orang sahabat Nabi dengan seratus sanad yang berlainan. Oleh sebab itu jumlah hadis Mutawatir tidak banyak.
Hadis Mutawatir terbagi dua:

a. Mutawatir Lafzi, yakni perkataan Nabi,
b. Mutawatir Amali, yakni perbuatan Nabi.

2. Hadis Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan dari tiga sanad yang berlainan. Contohnya, Orang Islam ialah orang-orang yang tidak mengganggu orang Islam lainnya dengan lidah dan tan¬gannya." (H.R Bukhari, Muslim, dan Tirmizi).

Sanad Bukhari, yaitu Bukhari dari Adam, dari Syubah, dari Abdullah bin Abu Safar, dari As Syabi, dari Abdullah bin Amir,. dari Nabi Muhammad saw.

Sanad Muslim, yaitu Muslim dari Sa'id, dari Yahya, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dari Nabi Muhammad Saw.

Sanad Tirmizi, yaitu Tirmizi dari Qutaidah, dari Al Lais, dari AI Qa'qa, dari Abu Salih, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw.

3. Hadis Shahih, yaitu hadis yang cukup sanadnya dari awal sampai akhir dan oleh orang-orang yang sempurna hafalannya.

Syarat hadis sahih, yaitu:

a. sanadnya hams bersambung,
b. perawinya sudah baligh
c. berakal
d. tidak mengerjakan dosa
e. sempurna hafalannya
f. perawi yang ada dalam sanad itu hams adil dan hadis yang diriwayatkannya tidak bertentangan dengan hadis Mutawatir atau dengan ayat Al Quran.

Hadis Shahih terbagi menjadi dua:

a. Shahih Lizatihi, yakni hadis yang sahih dengan sendirinya tanpa diperkuat dengan keterangan lain. Contoh, "Tangan di atas {memberi} lebih baik dari tangan di bawah {menerima}." (H.R Bukhari dan Muslim).

b. Shahih Lighairihi, yakni hadis yang shahihnya karena di¬perkuat dengan keterangan lain. Contohnya, "Kalau sekir¬anya tidak terlalu menyusahkan umatku untuk mengerja¬kannya, maka aku perintahkan mereka bersugi {siwak} setiap akan shalat. " (H.R Hasan).

Dilihat dari sanadnya, semata-mata hadis Hasan Lizatihi, namun karena dikuatkan oleh riwayat Bukhari, maka jadilah ia shahih lighairihi.

4. Hadis Hasan, adalah hadis yang dari segi hafalannya kurang dari hadis shahih. Hadis Hasan dibagi dua:

a. Hasan Lizatihi, yakni hadis yang dengan sendirinya dikata¬kan Hasan, Hadis ini ada yang sampai tingkat shahih lighairihi.

b .. Hasan Lighairihi, yakni hadis yang Hasannya dibantu keter¬angan lain. Contohnya, "Sembelihan bagi bayi hewanyang ada dalam perut ibunya {janin} cukuPlah dengan sembeli¬han ibunya saja." (H.R beberapa Imam, antara lain Tirmizi, Hakim dan Darimi).

Hadis di atas jika kita ambil dari sanad Imam Darimi, ialah Darimi menerima dari 1) Ishak bin Ibrahim, dari 2) Itab bin Basir, dari 3) Ubaidillah bin Abu Ziyad, dari 4) Abu Zubair, dari 5) Jabir, dari Nabi saw. Nama yang tercela dalam sanad di atas ialah nomor 3 (Ubaidillah bin Abu Ziyad) sebab ia bukan seorang yang kuat dan teguh menurut Abu Yatim.

5. Hadis Shalih, adalah hadis yang setingkat di bawah hadis Hasan, namun tidak terlalu lemah. Contohnya, "Barang siapa yang menyembunyikan ilmu yang diketahuinya, maka ia akan dikekang dengan api neraka pada hari kiamat." (H.R. Ibnu Majah) Menurut Tarmizi, itulah hadis Hasan Shalih.

6. Hadis Mudha'af, adalah hadis yang lemah matan dan sanadnya.
Contohnya, "Asal setiap penyakit adalah dingin." (H.R. Anas dengan sanad yang lemah).

7. Hadis Dha'if, adalah hadis yang tidak bersambung sanadnya, atau di antara sanadnya ada orang yang cacat. Cacat yang dimaksud, rawinya bukan orang Islam, atau belum baligh, atau tidak dikenal orang, atau pelupa/pendusta/fasik dan suka berbuat dosa.

Contohnya, "Barangsiapa yang berkata kepada orang miskin, 'bergembiralah', maka wajib baginya surga." (H.R. Ibnu 'Adi). Di antara perawi hadis tersebut ialah Abdu Mali bin Harun. Menurut Imam Yahya, ia pendusta, sedangkan Ibnu Hiban memvonisnya sebagai pemalsu hadis.

8. Hadis Musnad adalah hadis yang sanadnya bersambung kepada Nabi atau sampai pad a sahabat saja. Akan tetapi perawinya orang yang tidak adil, pelupa, atau fasik. Contohnya, "Barang¬siapa mati karena mempertahankan hartanya, maka ia mati syahid. " (H.R. Bukhari dan Muslim

9. Hadis Marfu', adalah hadis yang harus diselidiki lebih dulu dalam kitab-kitab hadis, apakah itu perkataan N abi atau Sahabat.

Contohnya, Ibnu Mas'ud berkata: "Rasulullah melaknati orang yang menghalalkan dan orang yang dihalalkan untuknya. " (H.R. Ahmad bin Hambal, Nasai, dan Tarmizi). Hadis tersebut berarti dari Sahabat, namun Ibnu Mas'ud menyandarkan kepada Nabi dengan kata "Rasulullah melaknati."

10. Hadis Mauquf, adalah perkataan, perbuatan dan takrir Sahabat Misalnya amanat Saiyidina Umar bin Khatthab. "Hendaklah kamu sekalian mengerjakan perintah Allah dan Rasul-Nya." Hadis Mauquf tidak boleh dijadikan dalil dalam agama.

11. Hadis Mausul, adalah hadis yang dalam meriwayatkannya, para perawi selalu berkata, "Alm dengar si A berkata," dan si A pun mengatakan: "Aku dengar si B berkata," demikian seterusnya sampai kepada Sahabat dan Nabi. Contohnya, "Sesuatu yang halal tetapi dibenci Allah, yakni talak." (H.R Bukhari) dari Abu Musa, sedangkan Abu Musa berkata, "Aku dengan Nabi berkata ... ".

12. Hadis Mursal, adalah hadis yang diriwayatkan oleh Tabi'in dengan menyebutkan bahwa ia menerimanya dari Nabi. Padahal Tabi'in tidaklah mungkin bertemu dengan Nabi.

13. Hadis Maqthu', adalah perkataan, perbuatan, dan takrirTabi'in.
Misalnya perkataan seorangTabi'in bernamaA'masy, "Haji yang sempurna, adalah dengan mengendarai unta."

14. Hadis Munqathi', adalah hadis yang salah seorang perawinya setelah Sahabat (orang yang menerima dari Sahabat) tidak disebutkan namanya

15. Hadis Mu'adhdhal, adalah hadis yang dua orang atau lebih dari perawinya setelah Sahabat (dua orang atau lebih secara berurutan yang menerima dari Sahabat) tidak disebutkan namanya.

wallahua'lam

No comments:

Post a Comment